Program Papuan Sustainable Human Capital Development Bantu Putra-Putri Papua Siap Kerja


24 May 2019


Daud Kapisa tidak pernah menyangka hidupnya akan mengalami perubahan besar ketika ia memulai langkahnya untuk bekerja di PT G4S, sebuah perusahaan kontraktor yang menyediakan layanan keamanan untuk PT Freeport Indonesia.

Kapisa, yang berasal dari Biak, mulai bekerja di PT G4S pada Desember 2018 dan proses yang ia lalui hingga siap bekerja di PTFI dimulai beberapa bulan sebelumnya, saat ia menjadi peserta dalam program pelatihan Papuan Sustainable Human Capital Development.

Inisiatif PTFI untuk Pra-karyawan Papua

PSHCD adalah sebuah program pengembangan kapasitas soft skill yang diperuntukkan bagi putra-putri Papua, yang ingin bekerja di perusahaan-perusahaan kontraktor PTFI. Inisiatif yang diselenggarakan oleh Papuan Affairs Department (PAD) ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk membantu mengembangkan putra-putri Papua yang kompeten dan berdaya saing. Pertama kali diselenggarakan pada tahun 2017, program PSHCD telah mengadakan sebanyak delapan kelas bagi 204 pra-karyawan.

Sekitar 90 persen peserta yang lulus dari program ini pun masih bekerja di perusahaan masing-masing, termasuk Perianus Kogoya, yang bekerja sebagai Grasberg Mine Crew Equipment Support Operator.

“Saya senang sekali bisa mengikuti pelatihan ini,” kata Kogoya. “Sekarang saya sudah terbiasa bangun jam 3 pagi untuk bekerja, lebih bisa mendengarkan arahan dari supervisor, dan mengerti cara bekerja yang baik bersama rekan-rekan kerja dan atasan saya.”

Kapasitas soft skill seperti ini sangat penting, namun belum banyak terbentuk di kalangan Papua.

“Kapasitas soft skill merupakan keterampilan dasar yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap pra-karyawan, sebelum dapat bekerja di lingkungan PT Freeport Indonesia. Para peserta program akan diberikan kesempatan untuk bekerja sebagai kontraktor setelah menyelesaikan seluruh pelatihan dengan baik,” jelas Emilia Asmuruf, perwakilan PAD. “Berdasarkan hasil analisis kami, beberapa hal yang perlu dibenahi pada kebanyakan karyawan Papua di antaranya adalah kedisiplinan dan kepribadian. Mereka cenderung belum terbiasa dengan kedisiplinan absensi, yang merupakan sebuah tanggung jawab yang berbeda dari gaya hidup mereka sehari-hari.”

Kapisa pun mengakui bahwa kedisiplinan waktu adalah pelajaran paling berharga yang ia dapatkan.

“Dengan adanya program ini, sekarang kami dapat lebih menghargai pentingnya kedisiplinan waktu,” kata Kapisa. “Manfaat yang paling terasa adalah dapat mengubah sikap dan kedisiplinan diri. Sekarang mulai bisa terbentuk, terutama dalam hal ketepatan waktu.”

PHSCD
Program Papuan Sustainable Human Capital Development Bantu Putra-Putri Papua Siap Kerja
PHSCD
Program Papuan Sustainable Human Capital Development Bantu Putra-Putri Papua Siap Kerja
PHSCD
Program Papuan Sustainable Human Capital Development Bantu Putra-Putri Papua Siap Kerja
PHSCD
Kapisa pun mengakui bahwa kedisiplinan waktu adalah pelajaran paling berharga yang ia dapatkan.
PHSCD
Program Papuan Sustainable Human Capital Development Bantu Putra-Putri Papua Siap Kerja
PHSCD
PHSCD
PHSCD
PHSCD
PHSCD


Berpedoman kepada analisis tersebut, para peserta digembleng dengan pendidikan dan pelatihan pembentukan karakter secara intensif. Pelatihan selama lima minggu tersebut berfokus pada penyampaian materi, yang meliputi pentingnya komitmen terhadap waktu dan bagaimana memperkuat kerja sama tim.

Pada pekan pertama, para peserta menjalankan pelatihan di Mimika, Papua untuk mendapatkan pelatihan dari Organizational Development-Quality Management Service (OD-QMS). Selama lima hari tersebut, para peserta mengikuti kelas-kelas yang meliputi pengenalan terhadap nilai-nilai PTFI. Mereka juga mengikuti sesi-sesi pelatihan tentang cara bekerja cerdas, etos kerja, manajemen waktu, dan komunikasi yang efektif di lingkungan kerja.

Setelah itu, para peserta melanjutkan pelatihan Revolusi Mental di Kinasih, Bogor, Jawa Barat yang materinya disampaikan oleh tenaga pengajar eksternal, yakni para pensiunan Polri. Selama tiga pekan tersebut, para peserta didik mendapatkan pelatihan kedisiplinan, kesamaptaan, dan penguatan kerja sama tim.

Pada pekan terakhir, mereka akan menjalani pelatihan pembentukan karakter secara spiritual. Sesi tersebut, berkolaborasi dengan Christian Men’s Network Indonesia, dilaksanakan untuk melatih soft skill dan membentuk karakter melalui pendekatan-pendekatan spiritual, bagi para peserta yang mayoritas beragama Kristen. Pelatihan ini bertujuan untuk membantu mereka mencapai potensi maksimal secara seimbang dan dapat menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam berkontribusi di lingkungan kerja.

Menghasilkan Karyawan yang Berkompeten

Setelah menyelesaikan program pelatihan, para peserta PSHCD akan mendapatkan penempatan kerja di masing-masing perusahaan kontraktor. Kemudian, kinerja mereka akan dipantau dan dievaluasi oleh masing-masing supervisor untuk menilai kehadiran kerja, etos kerja, dan tingkat produktivitas selama tiga hingga enam bulan masa penempatan.

Penilaian-penilaian tersebut lalu diteruskan kepada PAD. “Jika penilaiannya bagus, maka PAD akan berkomunikasi dengan departemen atau divisi terkait, untuk mempercayakan tanggung jawab yang lebih besar kepada karyawan yang bersangkutan,” ujar Emilia.

Sebagai putra Papua yang sudah merasakan manfaat dari program PSHCD, Kapisa dan Kogoya pun berharap semakin banyak putra-putri Papua yang berkesempatan untuk mengikuti program ini.

“Saya betul-betul berharap program ini dapat terus diadakan. Putra-putri Papua mampu melakukannya. Kami hanya perlu diberikan kesempatan saja,” kata Kapisa. “Semoga lebih banyak lagi orang yang akan mengikuti program ini. Teman-teman dan adik-adik, saya telah merasakan manfaatnya yang begitu besar.”





Kembali Ke List