Keberhasilan kampanye peningkatan kesadaran karyawan memenangkan penghargaan internasional dalam kategori program keterikatan karyawan dan berkontribusi terhadap upaya eliminasi penggunaan air minum dalam kemasan di Jobsite.

Kampanye kesadaran karyawan PT Freeport Indonesia telah memenangkan penghargaan bergengsi dari Public Relations & Communications Association Southeast Asia (Asosiasi Hubungan Kemasyarakatan dan Komunikasi Asia Tenggara) atas keberhasilannya mengurangi penggunaan plastik di Jobsite.

Kampanye #SaPuAir yang digalakkan dan diluncurkan oleh tim Corporate Communications PTFI bertujuan mengedukasi komunitas PTFI tentang kualitas air alami dan pentingnya eliminasi penggunaan botol air minum kemasan di Jobsite.

#SaPuAir menampilkan rangkaian cerita cetak informatif, video, dan program televisi internal. Tim #SaPuAir menggelar pengujian rasa, menyelenggarakan kompetisi video dan sejumlah kontes lain, serta menyajikan fakta berupa hasil tes laboratorium di berbagai stasiun isi ulang air di antero Jobsite.

Hasilnya, perusahaan sukses sepenuhnya meninggalkan penggunaan botol air minum kemasan dari angka sebelumnya yang dapat mencapai 5 juta botol per tahun.

“Komunikasi dan kolaborasi adalah kunci keberhasilan mengurangi penggunaan botol air minum kemasan,” terang Riza Pratama, Vice President Corporate Communications. “Keluarga besar PTFI telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam upaya kita melestarikan lingkungan.”

Penghargaan yang tertunda namun tetap membanggakan

Penghargaan atas Program Keterikatan Karyawan PTFI diumumkan dalam sebuah upacara virtual yang digelar bulan Agustus, mundur dari jadwal semula yang seharusnya digelar bulan Februari di Singapura namun ditunda sehubungan dengan pandemi. Menyaksikan perusahaan memenangkan penghargaan dalam sebuah upacara virtual tidak mengurangi semangat tim PTFI, terang Stefanus Branco, General Superintendent-Site Coordination and Communications.

“Kampanye ini merupakan contoh yang sangat baik yang menunjukkan bagaimana program komunikasi dan keterikatan karyawan dapat berperan signifikan dalam pencapaian sebuah tujuan, baik itu kampanye safety dan target produksi maupun imbauan dalam aksi pelestarian lingkungan,” kata Branco.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kontribusi sampah plastik kedua tertinggi di dunia. Pemerintah berupaya mengubah fakta ini melalui program-program serupa seperti halnya yang dimenangkan PTFI.

PRCA Southeast Asia Awards 2020
Penghargaan Asosiasi Hubungan Masyarakat & Komunikasi Asia Tenggara 2020
PRCA Southeast Asia Awards 2020
Penghargaan Asosiasi Hubungan Masyarakat & Komunikasi Asia Tenggara 2020
PRCA Southeast Asia Awards 2020
Karyawan mengisi ulang botol air minum di drinking station
Potable Water Tap at DMLZ Underground Mine
Keran Air Minum di Tambang Bawah Tanah DMLZ
PRCA Southeast Asia Awards 2020
Karyawan mengisi ulang botol air minum di drinking station
PRCA Southeast Asia Awards 2020
Karyawan mengisi ulang botol air minum di drinking station
PRCA Southeast Asia Awards 2020
PRCA Southeast Asia Awards 2020
PRCA Southeast Asia Awards 2020
PRCA Southeast Asia Awards 2020
PRCA Southeast Asia Awards 2020
PRCA Southeast Asia Awards 2020


Awalnya semuanya minum AMDK

Sebelumnya, PTFI harus mendatangkan hampir 5 juta botol air minum dalam kemasan setiap tahunnya guna memenuhi kebutuhan air minum Jobsite. Hal ini menimbulkan akibat yang mengkhawatirkan terhadap sampah plastik yang dihasilkan Jobsite. Selain itu, dari segi dana dan usaha yang diperlukan untuk mendatangkan air minum dalam kemasan, ini bukanlah sebuah langkah yang bijak. Jika perusahaan terus melakukan hal itu, dalam kurun waktu 20 tahun, jumlah sampah botol plastik yang dihasilkan akan mampu memenuhi area seluas lapangan bola dengan ketinggian mencapai 20 meter. Jika diatur berderet, sampah botol plastik ini bisa mencapai 1,245 km panjangnya.

Yang lebih penting lagi, bagi Mark Johnson, Director, Executive Vice President and Chief Operating Officer, konsumsi air minum kemasan yang fantastis itu harus terjadi di tempat yang dianugerahi air alami yang diperoleh dari curah hujan tinggi dan mata air alami yang kualitasnya tidak kalah dengan air minum kemasan yang berkelas di pasaran.

“Membeli air minum kemasan untuk Jobsite bisa diibaratkan dengan mendatangkan pasir ke pantai,” ungkap Johnson. “Kita perlu mengedukasi karyawan dan komunitas tentang kualitas air alami yang bisa didapatkan langsung dari keran, biaya yang tidak perlu dikeluarkan untuk menyediakan air minum kemasan di Jobsite, dan dampak lingkungan yang dihasilkan konsumsi air minum kemasan.”

Sementara Departemen Corporate Communications mulai mengembangkan kampanye peningkatan kesadaran karyawan, perusahaan mulai memasang tanki air, stasiun isi ulang air, dan bahkan area mencuci botol minum yang dibagikan gratis kepada karyawan. Sistem air minum dipasang di area kerja tambang bawah tanah yang belum memiliki jaringan pipa air.

Air minum yang segar dan nikmat

Yang membuat kampanye #SaPuAir penting adalah upaya mengubah pola pikir komunitas, yang telah sekian lama enggan mengkonsumsi air keran. Keengganan ini dapat dipahami, mengingat negara yang terdiri dari 17.000 pulau ini belum memiliki kemampuan mengolah air yang aman untuk langsung dikonsumsi.

“Sangat jarang ada tempat di Indonesia, bahkan di hotel-hotel mewah, yang memiliki fasilitas air keran yang dapat langsung diminum. Jadi, ini adalah fakta unik yang sekarang diketahui komunitas kita,” terang Johnson. “Kualitas air kita selalu prima. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan adalah bagaimana meyakinkan orang bahwa air alami kita tidak hanya terasa nikmat, tapi juga memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan air minum kemasan.”

Pengujian rasa air oleh tim Corporate Communications Jobsite yang melibatkan sejumlah karyawan dan ditayangkan di televisi internal perusahaan berhasil mengubah cara pandang komunitas terhadap air alami kita, kata Branco.

“Kita tahu kualitas air alami kita, tapi kami tidak membayangkan respon yang akan diberikan karyawan saat kami memulai pengujian ini,” kata Branco. “Hasilnya, kami mendapati bahwa hampir setiap orang yang terlibat dalam pengujian buta ini memilih air alami kita dan kesulitan membedakan mana air alami dan mana air minum kemasan.”

Air minum dalam kemasan masih bisa didapatkan di toko jika komunitas ingin membelinya. Namun sekarang karyawan tampaknya enggan kedapatan mengkonsumsi air minum kemasan dan perusahaan sudah tidak lagi melakukan pengadaan maupun mendatangkannya ke Jobsite, terang Branco.

PTFI juga telah melarang penggunaan kantung plastik belanja sekali pakai dan bahkan berencana meninggalkan praktik penggunaan bungkus plastik pada bahan-bahan makanan di toko. Sebuah proses yang membanggakan bagi Mark Johnson dan sebagian besar karyawan lain yang telah berusaha menerapkannya dengan sungguh-sungguh di kehidupan sehari-hari.

“Anda tidak akan bisa menemukan air minum kemasan di rumah saya, baik itu di PTFI atau di Amerika,” ungkap Johnson. “Beberapa tamu saya bertanya di mana saya menyimpan botol air minum kemasan saya. Saya bilang ke mereka bahwa air minum saya mengalir langsung dari keran.”





Kembali Ke List