Tembagapura: Kota Tambang Perusahaan yang Terpencil Nan Permai Merayakan Hari Jadi Emasnya
03 March 2023
Berdiam di ketenangan sebuah lembah di lereng Gunung Zaagkam yang menjulang mempesona, hari ini, Tembagapura merayakan 50 tahun sebagai rumah bagi komunitas Freeporters yang tinggal dan bekerja di wilayah Dataran Tinggi PT Freeport Indonesia.
Kota kecil nan indah ini dirancang sebagai sebuah kota tambang oleh pemerintah dan diresmikan pada 3 Maret 1973 oleh Presiden Soeharto. Nama Tembagapura sendiri bermakna kota tembaga – sebuah nama yang layak disandang mengingat distrik mineral Grasberg merupakan salah satu cadangan tembaga terbesar di dunia yang di dalamnya terkandung mineral ikutan lain; emas dan perak, mempekerjakan lebih dari 27.000 karyawan. Anda dapat menyaksikan video dokumenter Tembagapura melalui link ini.
Meskipun kemudian perusahaan memiliki sebuah kantor di Jakarta dan membangun kota satelit Kuala Kencana di Dataran Rendah, Tembagapura tetap menjadi pusat aktivitas pertambangan PTFI. Selayaknya tambang yang didukungnya, Tembagapura telah semakin tumbuh dan kini mencakup wilayah Ridge Camp di Mile Post 72 yang juga memiliki kompleks akomodasi bagi karyawan. Dengan populasinya yang kini mencapai 23.000 karyawan dan anggota keluarga, populasi Tembagapura telah hampir berlipat ganda dari angkanya di tahun 2003.
Tembagapura dibangun antara tahun 1970-1972 dan berada di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, membuatnya memiliki iklim yang nyaman dan sejuk sepanjang tahun. Lokasinya yang berada di pegunungan tengah Papua berarti cuaca di Tembagapura dapat sekejap berubah dari hari yang bercuaca indah dan cerah ke cuaca berkabut, basah diguyur hujan yang serasa tak kunjung reda. Sebuah fakta menarik: payung merupakan salah satu barang yang paling laku dijual di komunitas kecil ini.
Walaupun kecil dan terpencil, Tembagapura memiliki fasilitas papan atas yang meliputi dua restoran, dua kafe, sebuah bar, sebuah pusat olahraga, pusat perbelanjaan, sebuah rumah sakit, sekolah, gereja, masjid dan sejumlah fasilitas pendukung lain yang disediakan untuk kenyamanan karyawan dan keluarganya.
Sebuah Kota yang Lebih dari Sekadar Komunitas Tambang
Meskipun terkenal dengan lanskap dan fasilitasnya, keunikan Tembagapura terletak pada orang-orangnya, penduduk asli dan perantau yang mendiami kota mungil ini. Sejak diresmikan 50 tahun lalu, kota ini telah menarik puluhan, bahkan mungkin lebih dari ratusan ribu orang dari penjuru Indonesia dan dunia, menjadikan Tembagapura lebih dari sekadar komunitas tambang.
Banyak dari Freeporters merupakan generasi kedua dan bahkan ketiga dari karyawan mula-mula Freeport Indonesia. Carl Tauran, Executive Vice President-Site Operations dan Kepala Teknik Tambang PTFI, dan Youlla Usagani, Superintendent-Executive and General Support, Jakarta Office, adalah dua orang AGuTe – singkatan dari Anak Gunung Tembagapura, sebutan bagi anak-anak karyawan yang besar di Tembagapura – yang lahir dan tumbuh di Tembagapura dan kini bekerja di perusahaan, sama seperti orang tua mereka dulu.
“Tembagapura lebih dari sekadar rumah bagi para pekerja tambang. Kita tinggal bersama masyarakat lokal, mencetak generasi yang berkontribusi terhadap perkembangan peradaban, Tembagapura turut berkontribusi di dalamnya,” kata Carl yang telah bekerja di perusahaan selama 29 tahun.
Bagi Youlla, generasi kedua AGuTe, keberagaman dan keterbukaan Tembagapura bagi orang-orang yang merantau dari beragam latar belakang merupakan kesan tersendiri baginya.
“Tembagapura adalah contoh nyata titik peleburan budaya di lokasi yang berada di antah berantah; orang-orang dari beragam latar belakang dan keyakinan berbaur dan bekerja bahu-membahu bagi kemajuan Papua dan Indonesia. Tembagapura adalah rumah; saya bangga lahir di sini dan menyebut kota ini kampung halaman,” ungkap Youlla.
Dalam memperingati hari jadi emas Tembagapura, perusahaan menggelar sederet aktivitas dan perayaan bagi komunitas yang tinggal di salah satu tempat terunik di dunia. Jangan lewatkan keseruannya!
Kembali Ke List