Salah Satu Area di Jalan Tambang PTFI Merupakan “Tempat Terbasah di Muka Bumi”


12 July 2019


Salah satu bagian dari satu-satunya jalan menuju Tembagapura dan kompleks pertambangan Grasberg mendapat predikat ini dengan rata-rata 12,000 milimeter hujan dalam setahun.

Permisi India, sekarang ada juara baru.

Sebuah area terpencil di salah satu bagian dari satu-satunya jalan menuju kompleks tambang Grasberg PT Freeport Indonesia mengambil alih tahta sebagai tempat dengan curah hujan tertinggi di dunia, yang guyuran 12,143 milimeter hujan sepanjang tahun.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Indonesia mengajukan pemeringkatan ini ke Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization) pada kuartal keempat tahun lalu setelah mengkonfirmasi data dari catatan cuaca lima tahunan-yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan melalui sebuah stasiun pemantauan cuaca.



Tingkat curah hujan rata-rata lima tahunan pada angka 12,143 milimeter ini adalah 279.4 milimeter lebih tinggi daripada tingkat curah hujan rata-rata tempat terbasah di dunia sebelumnya, yang disandang Mawsynram di India. Berdasarkan data lima tahunan yang didapat dari area yang ditentukan, area di sekitar Mile Post 50 Jalan Tambang Utama diguyur hujan rata-rata dalam 329 hari setahun.

Sementara MP 50 – atau yang disebut sebagai Panamen Tanaga dalam peta area perusahaan- bukanlah area yang terkenal di perusahaan secara keseluruhan, karyawan dan pengunjung di Jobsite sangat familiar dengan area ini. Cuaca di titik ini seringkali menentukan apakah perjalanan antara Dataran Rendah dengan Dataran Tinggi dan sebaliknya akan ditempuh dengan perjalanan cepat 15 menit menggunakan helikopter atau perjalanan tiga jam dengan bus. Di area ini jugalah satu-satunya toilet umum di Jalan Tambang Utama tersedia.

“Di sinilah Anda mulai naik ke gunung. Daerah ini adalah titik transisi dari Dataran Rendah ke Dataran Tinggi,” kata Gesang Setyadi, Senior Manager-Enviromental Jobsite.

Jajaran pegunungan tinggi dan curam bak dinding tinggi di area inilah yang menghasilkan pola fenomena cuaca yang dikenal dengan efek orografis (orographic effect) yang menciptakan curah hujan lebat.

“Dari lautan, dataran rendah pesisir, lalu tiba-tiba berubah ke area bergunung-gunung dengan perubahan elevasi drastis,” terang Muhammad Najib Habibie, seorang peniliti dari BMKG. “Jadi awan yang bergerak dari arah pantai dipaksa naik, inilah yang disebut efek orografis. Udara di sini dipaksa naik ke dataran tinggi, menyebabkan temperatur turun, sehingga mengakibatkan formasi awan diikuti dengan hujan.”





Kembali Ke List