Tim gabungan yang terdiri dari grup aviasi dan tanggap darurat PT Freeport Indonesia berhasil menyelamatkan tiga orang setelah sebuah helikopter non-perusahaan jatuh di tengah hutan.

Berkat pelatihan dan peralatan khusus yang dimiliki, tim aviasi dan tanggap darurat PT Freeport Indonesia berhasil mengevakuasi tiga korban selamat yang terluka saat sebuah helikopter terjatuh di tengah hutan lebat Papua. 

Helikopter milik PT National Utility Helicopters tengah melakukan misi pengiriman bahan makanan dan logistik saat hilang kontak pada pukul 10:16 WIT pada 17 September. Meskipun regu penyelamat awal yang dibentuk oleh Badan SAR Nasional dan sejumlah operator penerbangan lokal lainnya berhasil menemukan lokasi jatuhnya helikopter—sekitar 120 kilometer dari Bandara Timika—kondisi hutan yang lebat tidak memungkinan helikopter penyelamat melakukan pendaratan di lokasi kejadian. 

Untungnya, grup aviasi PTFI memiliki sebuah helikopter yang dilengkapi dengan alat pengerek (hoisting) yang dapat berguna untuk mengevakuasi para korban. Grup aviasi PTFI adalah satu-satunya operator penerbangan yang memiliki teknologi pengerekan di Papua. 

Tim gabungan dari PT HeliSGI, PTFI Aviation, Occupational Health and Safety dan International SOS segera mempersiapkan diri untuk melaksanakan misi penyelamatan. 

Segera terjun ke lapangan

Segera setelah cuaca mendukung untuk melakukan misi ini, tim gabungan yang terdiri dari Kapten Mark Nissen; First Officer Yohannes Saputra; Helicopter Landing Officer Marman Tuharea; Flight Engineer Ojan Wiharta bersama dengan Hein Rumbino, Foreman-Crew #2 Emergency Preparedness and Response Kuala Kencana; Indra Yoom, Foreman-Crew #3 Emergency Preparedness and Response dan Anton Saputra, paramedis senior ISOS, segera bertolak menuju lokasi kejadian.

Setibanya di lokasi, helikopter PTFI melayang sekitar 30 meter di atas helikopter naas dan Hein Rumbino, yang memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman penyelamatan darurat, bertandem dengan Anton Saputra untuk turun ke bangkai pesawat menggunakan tali yang terpasang pada alat pengerek.

PTFI Aviation Crew Rescues Three from Jungle Helicopter Crash
Tim Gabungan PTFI Selamatkan Tiga Orang dari Kecelakaan Helikopter di Tengah Hutan
PTFI Aviation Crew Rescues Three from Jungle Helicopter Crash
Tim Gabungan PTFI Selamatkan Tiga Orang dari Kecelakaan Helikopter di Tengah Hutan
PTFI Aviation Crew Rescues Three from Jungle Helicopter Crash
Tim Gabungan PTFI Selamatkan Tiga Orang dari Kecelakaan Helikopter di Tengah Hutan
PTFI Aviation Crew Rescues Three from Jungle Helicopter Crash
PTFI Aviation Crew Rescues Three from Jungle Helicopter Crash
PTFI Aviation Crew Rescues Three from Jungle Helicopter Crash


“Korban pertama yang saya dapati adalah orang yang melakukan kontak dengan tim penyelamat awal,” terang Hein. “Kru lain dan kapten, walaupun sadar, terjebak di dalam bangkai heli. Saya bantu mereka keluar dan mengamankan ke lokasi aman agar Anton bisa segera memeriksa dan memberikan pertolongan pertama.”

Kedua korban yang mengalami cidera lebih serius ini segera diterbangkan ke basecamp di desa terdekat untuk mendapat penganganan dari tim penyelamat yang bersiaga di sana. 

Sembari menunggu helikopter datang menjemput mereka, Hein menebang beberapa pohon di sekitar lokasi agar memampukan pandangan yang lebih jelas bagi helikopter PTFI. 

“Pada saat tim berusaha mengerek kedua korban pertama, saya lihat kapten cukup kesulitan memposisikan helikopter dengan keadaan di sekitar. Saya membawa gergaji saya, jadi saya pikir saya perlu menebang beberapa pohon agar proses pengerekan lebih lancar,” katanya.

Korban terakhir yang membantu tim penyelamat menemukan lokasi jatuhnya heli mengalami luka yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan dua korban lainnya. Tangan kanannya patah, namun ia panik, kesakitan dan takut saat Hein bersiap mengangkutnya ke atas helikopter. Hein mengandalkan pengetahuannya dari pelatihan dan misi penyelamatan yang telah ia lalui—dengan tenang dan sabar ia membantu meyakinkan sang korban. 

“Saya bilang agar dia percaya kepada saya. Saya berterimakasih karena berkat dia, kami mampu menemukan mereka di tengah hutan belantara. Saya berusaha jujur kepadanya bahwa perjalanan naik ke atas akan menyakitkan, tapi saya juga meyakinkan dia bahwa sedikit lagi dia bisa pulang dan berkumpul dengan keluarganya,” terang Hein. 

Misi berisiko

Karakteristik operasi PTFI mengharuskan adanya kecanggihan teknologi, keahlian dan pelatihan. Hal ini membuat PTFI menjadi pihak yang diandalkan saat bantuan semacam ini diperlukan. Berkat kemampuan dan teknologi yang kita miliki, PTFI telah terlibat dalam banyak misi penyelamatan, terang Dave Jones, Manager, Technical Department-Aviation. 

“Kita sering dimintai bantuan dalam misi-misi yang penuh tantangan karena helikopter PTFI adalah satu-satunya di Papua yang dilengkapi dengan alat pengerek dan personil yang terlatih untuk melakukan tugas ini,” terang Dave. “Saat pemintaan bantuan kami terima, kami segera mempersiapkan penilaian risiko guna memastikan misi penyelamatan dapat terlaksana dengan aman sebelum menerjunkan tim ke lapangan.”

Pekerjaan ini menuntut banyak hal, namun sepadan, tambah Hein. 

“Kami melakukannya dengan penuh keikhlasan dan iman. Saya senang bisa menjadi bagian dari pekerjaan yang menjaga komunitas PTFI dan masyarakat aman,” pungkas Hein. 

Misi penyelamatan ini juga merupakan tugas pamungkas bagi Anton Saputra, yang baru-baru ini mengambil pensiun dini. Walaupun ia menikmati tantangan yang ada di pekerjaan ini, ia selalu berharap pelayanan mereka tidak perlu dilakukan.

“Saya mendapat pengetahuan penyelamatan kedaruratan yang luar biasa berkat pelatihan, praktik dan misi penyelamatan sungguhan di mana saya pernah terlibat,” kata Anton. “Misi penyelamatan helikopter ini secara khusus berkesan bagi saya, karena ini menandai penugasan terakhir saya dalam pekerjaan ini. Kami berhasil melakukannya berkat kerja sama solid antar anggota tim yang terlibat.”





Kembali Ke List