Sephia Jangkup: Perjalanan Perempuan Suku Amungme Pertama Raih Gelar Dokter
10 January 2025
Sephia Chrisila Jangkup, perempuan Suku Amugme kelahiran 24 tahun lalu berasal dari Kampung Aroanop di wilayah Dataran Tinggi Mimika. Sebagai penerima Beasiswa Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) melalui Yayasan Binterbusih, Sephia menyelesaikan program sarjana pendidikan kedokteran Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Kristen Indonesia (UKI) pada 2023 lalu. Di awal tahun ini, Sephia telah membuktikan bahwa mimpi besar dapat dicapai dengan kegigihan, dedikasi, dan dukungan dari berbagai pihak. Ia berhasil menyelesaikan program profesi yang telah berjalan selama dua tahun sebagai dokter koas (co-assistant) yang merupakan sebuah langkah besar untuk mewujudkan cita-citanya dengan menyandang gelar dokter.
Sejak kecil, Sephia telah memiliki mimpi besar untuk menjadi dokter. Ketertarikannya muncul ketika orang tuanya memberikan permainan stimulasi peralatan medis. Keinginan ini terus berkembang seiring dengan pertumbuhannya. Sephia memutuskan untuk mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saat SMA untuk mendukung langkahnya ke dunia kedokteran. Dorongan dari keluarga dan keyakinannya kepada Tuhan menjadi fondasi kuat bagi kegigihannya.
Perjalanan Pendidikan dan Cita-Cita
Sejak tahun 2012, Sephia telah menjadi bagian dari program beasiswa YPMAK yang disponsori oleh PT Freeport Indonesia. Ia sempat mengikuti pelatihan di Surya Institute selama tiga bulan sebelum melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Lokon Manado. Pada tahun 2018, Sephia diterima di FK UKI untuk mengejar gelar dokter.
Awal perkuliahan menjadi masa adaptasi yang cukup sulit bagi Sephia. Ia sempat merasa takut dan ragu akan kemampuannya untuk menjadi dokter. Namun, dengan komitmen kuat dan dukungan keluarga, Sephia berhasil melewati tantangan tersebut. Sephia juga menemukan metode belajar yang menyenangkan, seperti berdiskusi dengan teman-teman dan mengatur waktu belajar secara efektif.
Lulus dengan IPK pendidikan profesi dokter 3,57 dan telah melakukan pengambilan sumpah dokter hari ini 10 Januari, 2025 di Auditorium Graha William Soeryadjaya (GWS) FK UKI, Jakarta, bukan berarti Sephia enggan kembali ke daerahnya. Sebaliknya, Ia justru tertantang untuk mengabdi dan kembali ke tanah asalnya.
Setelah mengucapkan sumpah dokter, Sephia mengatakan, Ia akan mengikuti program internship dari Kementerian Kesehatan untuk terjun ke masyarakat sebagai dokter muda di rumah sakit dan puskesmas yang telah ditetapkan. Bagi Sephia, mengabdi kepada masyarakat menjadi salah satu usaha yang dapat Ia berikan agar dapat menjadi berkat bagi orang banyak.
“Setelah menyelesaikan internship nanti, saya ingin kembali ke Mimika, Papua untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat Papua dengan peran saya sebagai tenaga Kesehatan," kata Sephia.
“Kabupaten Mimika dengan karakter wilayah yang membentang dari gunung hingga garis pantai memiliki isu kesehatan yang sangat beragam, saya percaya banyak hal yang dapat saya pelajari sekaligus saya berikan kepada masyarakat agar dapat bersama-sama meningkatkan derajat kesehatan Mimika dan Papua,” ungkap Sephia.
Pengalaman Koas (Co-Assistant)
Selama menjalani pendidikan profesi dokter dalam program koas, Sephia banyak belajar dari dokter spesialis yang membimbingnya. Salah satu pengalaman paling berkesan terjadi saat ia menjalani stase mayor anestesi. Hari pertama menjalani stase ini, Sephia diminta untuk menangani pasien dengan kondisi trakea berlubang.
“Kondisi pasien saat itu mengalami gagal napas sehingga diperlukan prosedur trakeostomi laring. Dengan dibimbing dokter spesialis, saya melakukan tindakan pembedahan untuk membuat lubang di leher agar dapat dipasang tabung pernapasan. Saya sangat bersyukur pasien bisa selamat dan dokter pembimbing percaya saya bisa melakukan tindakan sesuai prosedur dengan baik,” ungkap Sephia.
Di luar kesibukan koas, Sephia juga aktif dalam Tim Bantuan Medis (TBM) di kampusnya sejak 2018 hingga 2020. Ia turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kesehatan seperti, penanganan kecelakaan dan simulasi bedah yang memberinya pengalaman praktik sebelum memasuki dunia koas.
Meskipun merasa lelah, terutama saat menjalani stase mayor dengan beban kerja berat dan kasus yang cenderung kompleks, Sephia selalu mengingat motivasi dan mimpinya untuk menjadi dokter.
“Saya selalu berpegang pada motto hidup saya bahwa ‘Hidup ini keras, tapi kita harus berusaha lebih keras’ ini menjadi penyemangat saya ketika menghadapi saat-saat sulit,” ungkap Sephia.
Pesan dan Harapan di Masa Depan
Setelah menyelesaikan pendidikan, Sephia berencana mengambil spesialisasi di bidang Penyakit Dalam. Ia juga berharap dapat menjadi panutan bagi penerima beasiswa lainnya dan membawa perubahan positif di dunia kesehatan Mimika.
Ia juga mengungkapkan rasa syukur atas beasiswa yang diterimanya. Selain meringankan beban orang tua, beasiswa ini membuka peluang besar baginya untuk mendapatkan pendidikan tinggi hingga meraih gelar dokter muda. Sephia juga berterima kasih kepada PT Freeport Indonesia, YPMAK, Yayasan Binterbusih, keluarga, dan teman-temannya atas dukungan yang tiada henti.
Bagi Sephia, kesuksesan adalah kemampuan untuk bertanggung jawab, disiplin, dan memprioritaskan kesejahteraan sesama. Ia berpesan kepada para pejuang beasiswa dan calon mahasiswa kedokteran untuk selalu bersyukur, semangat, dan membangun relasi.
Sephia percaya bahwa jika bukan putra-putri daerah yang berjuang, maka siapa lagi yang akan membawa perubahan bagi daerahnya?
Kembali Ke List